Dok.Pribadi 


Dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim saya mohon maaf kepada seluruh pihak dan lembaga yang merasa dirugikan oleh tulisan saya ini saya mohon maaf yang sebenarnya. Dan saya yakin semua pihak terkait ini merasa tidak dirugikan karena Indonesia adalah negara Demokrasi yang menjamin seluruh rakyatnya bebas berpendapat dan dijamin keamanan nya oleh negara walaupun saat ini ada beberapa kasus yang disalahkan bahkan dipidana dengan sebab tulisan sebagai ekspresi atau sarana berpendapat tersebut, sekali lagi saya mohon ampun dan maaf. 


Akhir-akhir ini polemik yang terjadi di Indonesia tercinta ini sangat pelik sekali dan bahkan cenderung asal muasalnya tidak masuk akal di cerna, salah satunya PENUNDAAN IBADAH HAJI 2021 INI. 

Sebagai negara dengan penduduk mayoritas muslim terbesar di dunia tentu saja ibadah Haji adalah cita-cita seluruh umat Muslim di dunia tidak terkecuali rakyat Muslim Indonesia. Cita-cita Rukun Islam yang kelima  ini telah melekat dan bahkan menjadi suatu kewajiban untuk dilaksanakan mulai kami yang masih kecil ini sampai orang tua kami yang tentu saja mendambakan cita-cita mulia ini. 


Banyak kita dapati keinginan seorang anak yang ingin memberangkatkan orang tuanya naik haji ketika dia dewasa, begitu juga dengan harapan orang tua kami untuk bisa menunaikan ibadah haji ini dimasa tuanya selagi dia mampu dan sanggup beraktivitas. 

Namun, semua sirna, hancur, runyah ketika mendapatkan kabar bahwa Ibadah haji tahun ini ditiadakan. Seketika terbesit dalam pikiran apakah aku masih bisa hidup untuk besok, bulan depan, bahkan tahun depan hanya untuk beribadah di Masjidil Haram melaksanakan ibadah haji? 

hati seorang anak mana yang tidak kecewa dengan keputusan pemerintah ini? 

Hati orang tua mana yang tidak bersedih mendapatkan kabar seperti ini apalagi dimasa senja dan harapan cita-cita terakhir nya nyaris hilang? 

Seribu tanda tanya menghampiri dalam pikiran. 


Munguat dalam sebuah artikel berjudul "Indonesia Tak Ikut Haji 2021, Kemlu: Pemerintah Prioritaskan Kesehatan" yang dimuat situs Liputan6.com, pada 4 Juni 2021, artikel situs Liputan6.com menyebutkan, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) berkata keputusan Indonesia tak ikut haji 2021 karena mengutamakan kesehatan rakyat. Hal ini disampaikan oleh Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar beberapa jam setelah keputusan pemerintah. 


"Hari ini pemerintah telah memutuskan bahwa Indonesia tidak akan mengirim jemaah ke Saudi tahun ini," ujar Wamenlu Mahendra pada acara Invest in Indonesia, Kamis malam (3/6/2021).

Pernyataan ini sungguh sangat menyakitkan dan bahkan melukai seluruh perasaan warga muslim Indonesia seolah Pemerintah saat ini tidak ada kasih sayang nya kepada rakyat seharusnya pelaksanaan ibadah haji tetap bisa dilaksanakan seperti tahun lalu walaupun dalam masa pandemi COVID-19 dengan berbagai macam metode dan penerapannya. 


Pemerintah bukanlah anak kecil, namun pemerintah adalah orang dewasa yang mana dalam hal mengambil kebijakan tidak perlu tergesa-gesa. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh salah seorang calon jamaah Haji 2021 yang dikutip dari artikel  *_Sindo News.Com*_  yang bernama bernama Dr TM Luthfi Yazid yang mengajukan surat keberatan atas terbitnya surat keputusan dari Menteri Agama dengan Nomor 660 Tahun 2021 tentang Pembatalan Keberangkatan Haji Pada Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 1442 H/2021 M. 

Dia menilai keputusan tersebut terlalu tergesa-gesa, karena otoritas Arab Saudi disebutkannya belum mengambil keputusan apapun soal haji.

"Seharusnya Pemerintah Indonesia terlebih dahulu menunggu informasi dari otoritas resmi maupun otoritas yang berkompeten dari Kerajaan Arab Saudi tentang pelaksanaan ibadah haji tahun 1442 H/2021 M, apakah ditiadakan atau tetap diselenggarakan dengan mekanisme yang disesuaikan dengan kondisi pandemi sebelum menerbitkan Surat Keputusan 660/2021 tersebut," paparnya. 

Antara aturan, kebijakan dan pelaksanaan harus konsisten dan koheren," katanya


"Kepada bapak dan ibu serta pihak yang terlibat dalam hal pelaksanaan ibadah haji tahun ini kami harapkan pikirkan dengan matang dalam  menyikapi kebijakan ini jangan seperti anak kecil yang sering kali melakukan kesalahan dan perlu dibimbing kembali, berkacalah dari pengalaman yang sudah terjadi itulah solusi terbaik karena guru terbaik adalah pengalaman". 

Pembatalan pelaksanaan ibadah haji tahun ini sangat kontroversial mulai dari opini yang mengatakan dana setoran ibadah haji tidak disetorkan kepada pihak kerajaan Arab Saudi sampai dengan opini liar yang mengatakan uang dana Haji dijadikan infrastruktur pembangunan di Indonesia ini tentu sangat miris dan disayangkan apabila terjadi. Namun, kita pun tidak tahu kebenarannya mungkin hanya Allah lah yang lebih mengetahui semua yang terjadi. 


Apapun permasalahan yang dihadapi pasti ada jalan keluar, sebesar apapun polemik yang terjadi tentu ada titik temunya dan kami harapkan kepada Pemerintah jangan menghancurkan impian semua orang Islam yang ingin melakukan ibadah haji ini. 

Mari sama-sama kita mencari jalan keluar dan tuntaskan permasalahan ini. 

Ibadah haji merupakan salah satu kegiatan keagamaan yang sangat sakral bagi umat Islam, tentu permasalahan ini pasti menimbulkan kegaduhan yang sangat besar. 

"Saya melihat ada suatu keanehan terkait Permasalahan ini satu sisi pihak Arab Saudi baru memberikan kuota ibadah haji untuk 11 negara, sedangkan disisi lain Pemerintah Indonesia tidak memberangkatkan jamaah Haji tahun ini dengan alasan demi keselamatan masyarakat di tengah pandemi COVID-19, Atau juga memang Pemerintah Indonesia yang tidak siap sama sekali untuk pelaksanaan ibadah haji tahun ini atau mungkin pihak Arab Saudi yang belum memberikan kuota ibadah haji untuk Indonesia tapi dari Pemerintah kita sudah terlebih dahulu mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Agama Tentang Pembatalan Ibadah Haji tahun ini?"

Pemerintah harus jujur kepada seluruh rakyat indonesia dan khususnya calon jamaah Haji ini agar tidak terjadi kegaduhan yang besar. 


Harapan saya dalam penyelesaian kisruh polemik ini tetap mengedepankan aspek-aspek kemanusiaan dan empati.Pemerintah harus lebih intens berkomunikasi dengan pihak Arab Saudi agar permasalahan ini cepat berlalu dan jamaah haji mendapatkan peluang untuk ke Masjidil Haram tahun ini terlebih lagi memprioritaskan orang tua kami yang sudah semakin tua akibat menunggu jadwal keberangkatan menuju Mekkah dari beberapa tahun sejak pendaftaran pertama. (Tim Narasi. Abdul Rani Rianda )*